Semula Presiden Jokowi dan para budayawan serta seniman beramah tamah di beranda/teras Istana Merdeka. Mereka melanjutkan ramah tamah dan diskusi di bawah pohon besar di halaman belakang Istana Merdeka. Sejumlah budayawan memberikan pendapat dalam diskusi itu. Dalam diskusi tersebut yang hadir dalam pertemuan tersebut diberikan kesempatan berpendapat untuk mengungkapkan hal yang harus dilakukan Presiden Jokowi dalam periode akhir kepemimpinannya.
Sobary menilai kecuali program pembangunan infrastruktur yang massif sebagai pondasi yang akan menjadi warisan di masa mendatang, pemerintah juga telah menguatkan suprastruktur ideologi Pancasila dan revolusi mental. "Presiden telah memerintahkan penguatan Pancasila dengan lembaga baru dengan fungsi eksplisit menangkal ideologi lain," kata Sobary. Sementara untuk revolusi mental, menurutnya jika dilaksanakan di tingkat bawah akan menjadi jawaban atas tuntutan rakyat. Sobary juga menilai Jokowi memiliki gaya komunikasi politik yang berbeda dengan lainnya. "Komunikasi politik seperti ini tidak ada gurunya, dan ternyata efektif tanpa harus ngeden-ngeden dan teriak-teriak," kata Sobary."Pembangunan materialnya luar biasa terutama di bidang infrastruktur. Sebaliknya pembangunan immaterialnya, pembangunan kemanusiaannya memang tertinggal dan itu sangat disadari oleh Presiden," ungkap perwakilan budayawan, Radhar Panca Dahana, Dia mengemukakan salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengejar ketertinggalan tersebut adalah meningkatkan fondasi kebudayaan. Lemahnya fondasi kebudayaan juga menjadi pangkal dari kesenjangan kebudayaan hingga persoalan kedangkalan dalam beragama.
Dengan sabar, Jokowi mendengarkan masukan-masukan, pendapat dan apresiasi para budayawan. Presiden Jokowi mengutarakan “Memang dalam 3, 5 tahun ini saya dan kabinet selalu bicara masalah hal yang fisik yaitu infrastruktur. Dan kenapa kita memulai dengan investasi bidang di infrastruktur karena kita sebagai negara besar terlalu jauh ditinggal oleh kanan kiri kita,” katanya. Kemudian, Bapak Presiden juga menambahkan tahapan kedua adalah investasi di bidang sumber daya manusia yang nantinya menjadi fondasi atau nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut dipandang Jokowi sebagai modal dasar untuk bersaing dan berkompetisi dengan negara lain. “Dan perlu saya sampaikan memang revolusi mental bukan jargon. Saya kira itu tidak perlu diteriakan terus. Memberikan contoh adalah lebih baik dari pada berteriak,” ungkapnya.
Pada kesempatan ini Ketua Umum NSI, M.P.U Suhadi Sendjaja mmemberikan masukan yang konstruktif dan proporsional, M.P.U Suhadi Sendjaja menyampaikan mengenai pembangunan di Indonesia dan bagaimana kerjasama pemerintah dengan masyarakat. Salah satu hal penting untuk pembangunan dasar yakni penanaman nilai kemanusian. “Semakin tinggi budaya dan pembangunan infrastruktur kita, semakin tinggi kualitas dari pada kebahagiaan yang dihasilkan oleh pembangunan kita.” Pembangunan pada dasarnya adalah untuk kebahagiaan manusia. Kualitas budaya suatu bangsa, semakin tinggi perasaan jiwa, perasaan tinggi, ucapan dan perilakumanusianya semakin berkualitas. Jika kualitas semakin bagus sehingga meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual maka juga akan semakin membahagiakan manusia.
Dalam menerima kunjungan bincang budaya dengan Presiden Joko Widodo, para budayawan berpendapat masih banyak hal yang harus dilakukan Presiden dalam periode akhir kepemimpinannya. Secara khusus, mereka menyoroti mengenai ketertinggalan pembangunan sumber daya manusia (SDM) di tengah upaya pemerintah yang menggenjot pembangunan infrastruktur. Pembangunan yang berkembang di Indonesia saat ini sangat dipengaruhi oleh kesadaran yang makin kuat akan tidaknya terhindarnya keikutsertaan bangsa Indonesia dalam proses global yang sedang berlangsung itu. Sehingga Bapak Presiden Jokowin dalam kesempatan itu memastikan agar pertemuan santai dengan para budayawan semacam ini bisa gelar secara reguler/rutin setiap tiga atau empat bulan ***