Oleh karena itu pegangan moral dalam agama Buddha Niciren Syosyu adalah hukum karma atau secara sederhana dapat diartikan sebagai hukum Sebab Akibat gaib Buddha atau Myohorengekyo. Ada sementara orang mengatakan bahwa karma dapat disamakan dengan hukum kausal yang mengatakan bahwa suatu akibat adalah reaksi dari suatu sebab. Keterangan ini adalah keterangan yang terlalu sederhana dari karma. Karena karma tidak bisa diukur semata-mata dengan rasio manusia. Karena dalam hukum karma selain ada unsur mutlak, namun ada juga unsur relatif. Dikatakan unsur relatif adalah karena ada unsur tobat.

Bahwa ada seseorang yang selama hidupnya menjalankan kehidupan sebagai penipu. Maka dalam diri manusia itu tertumpuk karma sebagai penipu. Karma ini mengundang jodoh lingkungan orang-orang dengan karma yang sama. Oleh karena itu mungkin sekali ia juga akan ditipu. Akan tetapi karena karma adalah hukum kejiwaan, belum tentu proses penipuan yang ia jalankan dan ia terima adalah sama. Misalnya, ia menipu uang, mungkin ia tidak ditipu mengenai uang, namun misalnya anaknya ditinggalkan calon suaminya setelah ia menyerahkan segala-galanya. Apabila si penipu tidak sadar bahwa kejadian yang menimpa anaknya ada hubungan dengan karma dirinya sendiri maka karma buruknya akan bertambah besar. Namun bila ia sadar bahwa yang menimpa anaknya ada hubungannya dengan akibat karmanya sendiri, maka karma dirinya akan menjadi ringan. Apalagi bila ia tobat di hadapan Gohonzon dengan menyebut Daimoku dan bertekad untuk merubah jalan hidupnya. Ia akan mendapat pancaran sinar kekuatan dari Gohonzon untuk senantiasa menumpuk karma baik.