Di bulan Mei, tepatnya tanggal 19 sampai 20, para umat lanjut usia (lansia) NSI mengadakan penataran di Vihara Saddharma (Myoho–Ji), Tamansari, Ciapus, Bogor.
Intro
Kegiatan ini adalah kegiatan rutin NSI di mana para lansia berkumpul bersama, berbagi pengalaman dan mendengarkan ajaran Buddha Niciren Daisyonin. Dalam kensyu para lansia juga berkesempatan untuk melatih diri agar menjadi lansia yang mandiri, selalu penuh semangat juang dalam mempertahankan hati kepercayaan pada Gohonzon, hukum Myohorengekyo sampai akhir hayat, serta menjadi contoh teladan untuk anak-cucu.
Walau usia sudah tidak muda lagi, umat lansia NSI diarahkan agar dapat menjadi pengayom dalam keluarga, masih dapat memberikan manfaat, selalu gembira, tidak mudah mengeluh, menjadi lansia yang penuh rejeki dan tidak menyusahkan keluarga. Dalam kensyu lansia kali ini, ada tekad dari para peserta agar tahun depan lebih banyak lagi para opa dan oma lansia umat NSI dari wilayah lain di indonesia yang dapat ikut serta dalam kensyu lansia, karena pada kensyu kali ini sebagian besar pesertanya hanya dari wilayah Jabotabekcul (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Muncul) saja.
Dalam kensyu kali ini, lansia mendapat bekal mengenai gizi dan kesehatan, berikut uraiannya.
Mewujudkan lansia sehat, bugar, gembira dan berejeki
Tua adalah sebuah proses alami yang akan dilalui setiap makluk hidup, tak terkecuali manusia. Yang kemudian perlu diperhatikan adalah cara menjalani masa tua dengan bahagia, karena penuaan itu tidak dapat dicegah, pasti terjadi, terlebih lagi jangan sampai kita mengalami penuaan dini yang berarti tampak lebih tua dari usia kita.
Mencegah penuaan dini atau memperlambat proses penuaan ini, dapat dilakukan dengan membiasakan hidup sehat dan bersih. Jauhi makan makanan yang tidak baik; makanan yang mengandung pengawet, pewarna buatan, penyedap rasa buatan, pemanis buatan. Harus pintar-pintar memilah-milih makanan untuk dimakan, di mana zaman sekarang banyak kemasan bagus tapi isi kurang membawa kebaikan, hanya nikmat di lidah saja, tahu-tahunya memicu penyakit. Ingat filsafat Buddha, kita bisa bahagia kalau hidup dalam keseimbangan, jangan berlebihan dan jangan kekurangan.
Untuk lansia, sebaiknya perbanyak makan makanan bergizi, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan segar. Makanan untuk lansia tentunya berbeda dengan makanan untuk orang dengan usia yang lebih muda. Hal ini berkaitan dengan kemampuan lansia untuk mencerna makanan yang sudah menurun. Buah dan sayur sangat baik jika dijadikan bubur atau dibuat jus. Lansia hendaknya mulai mengurangi makanan yang keras atau sulit dicerna.
Bahan makanan yang dihancurkan atau dihaluskan akan membantu pencernaan sehingga mudah diserap tubuh. Sebaiknya jus sayur atau buah segera dikonsumsi setelah diproses, agar tidak mengalami kerusakan yang mengakibatkan zat gizi makanan menjadi berkurang karena oksidasi atau terlalu lama kontak dengan udara.
Kebutuhan Gizi pada Lansia
Makanan dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia berpengaruh pada asupan gizi yang dibutuhkan, pemenuhan kebutuhan gizi yang baik pada lansia dapat membantu proses adaptasi atau kemampuan diri untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu :
- Zat gizi sebagai sumber energi, diantaranya ;
- Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti Beras, Jagung, Ubi, Gandum, Singkong, Kentang, Talas, Biskuit / crackers, Roti, Maizena, Tepung beras, Tepung terigu, Tepung hunkue, Mie,
Adapula yang dalam bentuk gula seperti gula merah (aren), madu, sirop alami.
- Bahan makanan yang mengandung lemak seperti Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa parut, santan, lemak daging, susu, dan hasil olahannya.
- Zat gizi yang berfungsi sebagai Pembangun, meliputi makanan yang banyak mengandung protein.
- protein hewani seperti daging sapi, daging ayam, hati, telor, ikan, udang, dan susu.
- Protein nabati seperti kacang-kacangan, yaitu kacang hijau, kacang kedele, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe dan olahannya.
- Zat gizi yang berfungsi sebagai pengatur meliputi bahan-bahan makanan yang banyak mengandung vitamin dan mineral seperti buah dan sayur.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia, dikarenakan perubahan-perubahan fisiologi dan kerentanan yang dapat dialami lansia, diantaranya faktor-faktor :
- Kerusakan gigi atau ompong yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan mencerna makanan di mulut.
- Menurunnya fungsi Indra pengecap mengakibatkan penurunan terhadap citarasa (manis, asin, asam, dan pahit).
- Esofagus / kerongkongan mengalami pelebaran.
- Rasa lapar menurun.
- Gerakan usus atau gerak peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi / berkurangnya kemampuan usus untuk menyerap makanan.
Masalah-masalah gizi yang muncul pada lansia diantaranya :
- Gizi berlebih, dapat terjadi karena kebiasaan makan banyak pada waktu muda, sehingga berat badan berlebih, dan kebiasaan ini masih berlanjut, padahal kebutuhan kalori dasar untuk lansia justru berkurang, karena berkurangnya aktivitas fisik. Sebaiknya kebiasaan makan banyak ini dikurangi karena banyak makan berakibat pada kegemukan, dan kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit misalnya penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
- Gizi kurang (defisiensi), dapat disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit, kurangnya perhatian dan pengetahuan atas gizi, memungkinkan konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan sehingga menyebabkan berat badan kurang dari normal, jika ini disertai dengan kekurangan protein maka fungsi pembangunan tidak berjalan,sehingga sel-sel tubuh tidak dapat diperbaiki, rambut menjadi rontok, daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit menurun dan lebih mudah terkena infeksi.
- Kekurangan vitamin, dapat terjadi karena kurang mengonsumsi buah dan sayuran, ditambah dengan berkurangnya protein dalam makanan, akibatnya napsu makan berkurang, fungsi penglihatan menurun, kulit kering, tubuh menjadi lesu dan tidak bersemagat.
Untuk mementau status nutrisi lansia dapat dilakukan dengan cara antara lain sebagai berikut;
1. Memantau berat badan (BB) rumus ;
Berat badan ideal adalah 0,9 x tinggi badan (dalam cm) dikurang 100.
Wanita : Tinggi badan dikurang 150 cm
Pria : Tinggi badan dikurang 160 cm
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih, dan jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang.
2. Memantau kecukupan kalori ,protein ;
Hal ini perlu diwaspadai karena kekurangan asupan protein menyebabkan lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemagat. Fungsi protein sebagai pembangun tubuh tidak tercukupi, bisa disebabkan karena pendapatan ekonomi yang kurang, kurang bersosialisasi ,hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup / teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mengonsumsi obat-obatan yang mengganggu napsu makan, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera.
3. Mencegah kekurangan vitamin D
Lansia sebaiknya mendapatkan sinar matahari yang cukup, memperbanyak minum susu, dan konsumsi vitamin D, yang banyak terdapat pada ikan.
Demikian, semoga tulisan ini bermanfaat bagi lansia dan sebagai bagian kecil dari pedoman merawat dan mendampingi orang usia lanjut bagi keluarganya.
Dan Lansia di NSI dapat selalu memunculkan kesadaran Buddha-nya, semakin tegar dalam mempertahankan hati kepercayaannya pada Gohonzon dengan tulus dan sungguh hati, dapat menyelaraskan diri dengan alam semesta dan hukum Myohorengekyo, mewujutkan maitri karuna sebagai lansia yang mandiri selalu gembira dan berejeki. ***