Perdamaian, keamanan dan pembangunan manusia adalah hal penting yang saat ini sedang terus dibangun dan diperkuat oleh seluruh pemangku kepentingan dunia untuk mewujudkan kehidupan yang berkelanjutan, adil, makmur dan sejahtera. Hal tersebut selaras dengan semangat mendasar yang selalu didengungkan oleh Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja kepada umat yang dibinanya di dalam Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), serta di dalam kiprahnya di tengah masyarakat umum serta pemerintahan. Kesamaan semangat tersebut akhirnya menggerakan semesta yang mempertemukan Ketua Umum NSI dengan pengurus Universal Peace Federation (UPF), sebuah jaringan individu dan organisasi internasional dan antaragama, termasuk perwakilan dari agama, pemerintah, masyarakat sipil dan sektor swasta, yang didedikasikan untuk mencapai perdamaian dunia. Sebuah Non Governmental Organization (NGO) yang berstatus konsultatif umum dengan Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa / United Nations Economic and Social Council (UN ECOSOC). UPF mendukung pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, khususnya di bidang pembangunan perdamaian lintas agama, pendidikan perdamaian, dan penguatan pernikahan dan keluarga.
Pada tanggal 09 Desember 2019, Ketua Umum UPF, Thomas G. Walsh, Ph D., mengirimkan undangan secara resmi kepada Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja sebagai tamu kehormatan untuk bisa menghadiri World Summit 2020 (pertemuan tingkat dunia) yang diselenggarakan pada tanggal 03 s.d 08 Februari 2020 di Seoul, Korea Selatan.
Undangan Ketua Umum UPF kepada Ketua Umum NSI Sebagai Tamu Kehormatan
Untuk Mengikuti World Summit 2020
Untuk Mengikuti World Summit 2020
World Summit 2020 merupakan pertemuan yang sangat selektif yang terdiri dari beberapa ribu delegasi dari seluruh dunia, termasuk para kepala negara dan pemerintahan saat ini dan sebelumnya, anggota parlemen, pemimpin agama, pemimpin perempuan dan pemimpin masyarakat sipil. Tema yang diangkat dalam World Summit 2020 adalah Realizing World Peace Through Interdependence, Mutual Prosperity, and Universal Values, dan sub tema: Peace, Security, Human Development. Dalam World Summit 2020 ini tokoh-tokoh dunia yang diundang dimasukkan ke dalam komisi yang sesuai dengan bidang kepakarannya masing-masing, komisi tersebut adalah:
- International Interreligious Association for Peace (IAPD)
- International Parliamentarians for Peace (IAPP)
- International Summit Council for Peace (IAPC)
- International Association of Academicians for Peace (IAAP)
- International Association for Peace and Economic Development (IAED)
- International Media Association for Peace (IMAP)
Dalam World Summit 2020 Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja menjadi salah satu tokoh dunia yang diberikan kehormatan untuk menyampaikan pidato singkat di dalam komisi IAPD, karena tidak semua yang hadir di dalam forum ini diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato. Dalam pidatonya pertama-tama MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan bahwa pembangunan manusia yang unggul adalah landasan terpenting dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan dunia saat ini. Selanjutnya, MPU Suhadi Sendjaja betul-betul mencurahkan jiwa raganya untuk melanjutkan perjuangan mulia dari Buddha Niciren dalam menyampaikan dengan gamblang akar permasalahan dari berbagai macam bencana dan musibah yang terjadi dalam kehidupan dunia saat ini serta cara untuk mengatasinya. Pidato disampaikan dalam Bahasa Indonesia dan diterjemahkan oleh Sdr.Arya Prasetya melalui interpretation receivers yang dapat didengarkan oleh seluruh peserta melalui alat yang ditempelkan di telinga masing-masing. Berikut ini adalah isi naskah pidato yang disampaikan oleh MPU Suhadi Sendjaja:
Pidato Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja
Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI)
dalam forum World Summit 2020, Universal Peace Federation (UPF).
Seoul, Korea Selatan
05 Februari 2020
Nammyohorengekyo,
Saudara-saudaraku pecinta damai sedunia, selamat sore.
Pembangunan manusia adalah landasan terpenting dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan dunia saat ini.
Pembangunan manusia yang seperti apa? Membangun manusia yang unggul.
Dalam pandangan masyarakat umum manusia yang unggul adalah individu yang:
- Mampu menunjukkan sikap dan tindakan yang senantiasa bekerja keras, dinamis, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, partisipatoris dalam etos kolektif gotong royong
- Mampu membuktikan kecerdasan, kebijaksanaan dan keluasan pengetahuannya dalam tindak nyata, perilaku atau rekam jejaknya yang memberikan maanfaat pada banyak orang
- Mampu mewujudkan integritasnya di dalam kehidupan sehari-hari
Dalam perspektif Buddhis Niciren Syosyu, pembangunan manusia yang unggul hanya dapat terwujud jika didasarkan pada filsafat yang agung.
“Karena hukumnya gaib, manusianya menjadi agung; karena manusianya agung, tanahnya menjadi luhur. (Dikutip dari Gosyo Surat Balasan Kepada Nanjo Dono)
Gaib di sini berarti belum terjangkau oleh akal pikiran manusia, kenapa belum terjangkau? karena pikiran kita baru menggunakan keenam indera, belum menggunakan kesembilan indera kita, hal itu bisa dipahami ketika kita mencapai indera ke sembilan, yaitu kesadaran Buddha, kesadaran yang hakiki, yang utuh, yang sempurna. Dalam perspektif Buddhis Niciren Syosyu, manusia memiliki sembilan indera: (pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, pengecap rasa), indera perasaan/hati, indera manas (pikiran), indera alaya (gudang karma), dan indera amala (kesadaran hakiki/ Buddha).
Berbagai macam tantangan yang sedang dihadapi dunia saat ini seperti: kelaparan, terorisme, perubahan iklim, ketidakamanan pangan, penurunan moral, pengungsian karena perang, bencana alam, dan perlombaan senjata yang terus dihadapi oleh komunitas global, sebetulnya bersumber dari penurunan moral.
Penurunan moral yang seperti apa? Moral manusia yang sudah tidak lagi sesuai dengan irama hukum alam semesta yang gaib ini (Memberi suka dan mencabut dukkha), seperti matahari yang memberikan manfaatnya kepada semua makhluk tanpa membeda-bedakan. Saat ini kecenderungan manusia lebih banyak memberi Dukkha dan mencabut Suka kepada alam semesta beserta isinya, jiwa yang diliputi oleh tiga akar keburukan (Keserakahan, kemarahan, dan kebodohan) menjadi sumber dari setiap pikiran, ucapan, dan tindakan manusia saat ini, sehingga muncul berbagai macam musibah di alam semesta.
Buddha sudah meramalkan sejak sekitar 3.000 tahun yang lalu di dalam Sutra Manusendra dan Sutra Bhaisajyaguru, bahwa bilamana jiwa manusia menjadi kacau maka akan terjadi 3 bencana (peperangan, kelaparan, penyakit) dan 7 musibah (1.Kematian banyak orang karena wabah penyakit, 2.serangan negeri asing, 3.perang saudara di dalam negeri, 4.kelainan peredaran bintang, 5.gerhana matahari dan bulan, 6.hujan dan angin besar yang tidak pada waktunya, 7.kemarau panjang yang mengakibatkan kebakaran) yang saat ini satu persatu sudah terjadi secara nyata di kehidupan kita.
Lalu bagaimana cara untuk meningkatakan kualitas Moral Tersebut?
Satu-satunya cara untuk bisa meningkatkan kualitas moral dan merubah bencana tersebut adalah dengan memunculkan kesadaran hakiki yang terdapat di dalam diri setiap umat manusia.
Bagaimana cara memunculkan kesadaran ini? Dalam perspektif Buddhis Niciren Syosyu, caranya adalah dengan selalu menyebut Nammyohorengekyo (mantra / suatu suara ungkapan kesungguhan hati untuk betul-betul menyelaraskan diri dengan alam semesta, panggilan untuk memanggil keluar kesadaran Buddha yang ada di dalam diri setiap umat manusia). Hukum agung tersebut (Nammyohorengekyo) menjadi hal terpokok perubahan total yang menentukan terwujudnya kesadaran hakiki dan keselarasan diri umat manusia dengan alam semesta (keharmonian dan perdamaian). Selain itu, keinginan luhur untuk memberi manfaat kepada sesama umat manusia, seluruh makhluk dan lingkungan adalah perwujudan kesadaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari, karena itulah irama alam semesta.
Filsafat hidup seseorang juga turut menentukan kualitas moral orang yang bersangkutan, kalau menggunakan filsafat kita sendiri, belum tentu benar. Oleh karena itu, sebagai seorang Buddhis perlu betul-betul meyakini, menghayati dan mengamalkan filsafat Buddha dalam kehidupan sehari-hari yang sudah terbukti berhasil membuat Buddha Sakyamuni maupun Buddha Niciren dan Buddha-buddha lainnya menjadi seseorang yang memiliki kesadaran sempurna. Jadi harus menukar filsafat pribadi dengan filsafat Buddha. Sikap keberagamaan ini pun perlu dilakukan oleh umat beragama lainnya dengan kebenaran dari ajaran agamanya masing-masing agar peningkatan moral manusia dapat mewujud nyata.
Sebagai contoh: Seperti di Tiongkok /China ketika ingin membangun Rumah Sakit dalam waktu 10 hari untuk menanggulangi Wabah Neo Corona Virus, dibangun oleh para teknokrat, tapi yang bisa membuat itu semua terwujud adalah landasan moral yang dimiliki oleh seluruh pekerja Tiongkok / China saat membangun rumah sakit itu, ada kesadaran semangat untuk berjuang bersama-sama demi mengatasi masalah, mampu merasakan bahwa pencurahan jiwa raga terhadap negara dan kemanusiaan adalah wujud dari balas budi yang tinggi nilainya, “Wuhan Jiayou!” Itulah seruan semangat kejiwaan yang disampaikan oleh seluruh pekerja dan masyarakat Tiongkok/China saat itu.
Oleh karena itu, diperlukan moderasi (kembali kepada hakikat sesungguhnya) terhadap sikap keberagamaan yang sesungguhnya dari setiap umat beragama di seluruh dunia agar mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan seluruh ajaran agama di dalam kehidupannya sehari-hari secara utuh. Setiap umat beragama, memiliki tanggung jawab tersebut sebagai pelaksana ajaran dari agamanya masing-masing.
Karena pada hakikatnya, semua agama mengajarkan kebaikan. Jika ditinjau dari asal katanya, agama (dalam bahasa sansekerta yang digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk istilah religion) A berarti Tidak, Gama berarti Kacau, Agama berarti ‘tidak kacau’. Artinya jika sungguh-sungguh melaksanakan sikap keberagamaan yang sesuai dengan ajaran agama, maka tidak akan terjadi kekacauan dalam hidup dan lingkungan. Kalau ada kekacauan yang mengatasnamakan agama, itu jelas bukan agama, itu hanyalah oknum yang menggunakan agama sebagai alat untuk memecah belah suatu bangsa dan negara untuk memperoleh keuntungan pribadi dan kelompoknya.
Sebagai seorang Buddhis, kami memiliki pandangan bahwa akan jauh lebih indah jika sejak awal seluruh umat manusia mampu menjaga sekejap-sekejap perasaan jiwanya untuk selalu ada dalam kondisi kesadaran Buddha, sehingga tidak perlu sampai terjadi bencana dan musibah terlebih dahulu baru sadar dan berjuang bersama-sama untuk mengatasinya.
Terima kasih.
Nammyohorengekyo…
Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI)
Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja
Partisipasi Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja dalam forum perdamaian tingkat dunia menjadi sebuah perjalanan sekaligus sebab penting dalam penyebarluasan Dharma agung Nammyohorengekyo keseluruh dunia (Kosenrufu) dan hendaknya semangat ini dapat terus mengalir seperti air di dalam hati seluruh umat NSI untuk bersama-sama semakin memperkuat hati kepercayaan, melaksanakan kosenrufu, syakubuku, memperkuat wadah NSI (meyakini bahwa NSI adalah wadah yang betul-betul berjalan atas dasar Dharma yang sesungguhnya, serta meyakini bahwa pencapaian kesadaran Buddha adalah hasil dari pertapaan/ percaya, melaksanakan, dan belajar hukum agung Nammyohorengekyo secara sungguh-sungguh yang dilaksanakan oleh diri sendiri, bukan karena pemberian dari pihak luar yang dianggap lebih suci, karena suci dan tidak suci sejatinya ada di dalam sekejap perasaan jiwa manusia masing-masing) serta terus mewujudnyatakan kesadaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kehidupan yang damai, bermanfaat, dan memberikan kebahagiaan kepada semua makhluk senantiasa mewarnai kehidupan dan menjadi sebab-akibat dari perdamaian dunia.