Langkah Nyata NSI Dalam Mengawali Gerakan Bersatu Menaklukan Virus Corona yang Dimulai Dari Dewan Pimpinan Pusat Kemudian Diikuti Oleh Seluruh Umat NSI yang Ada Di Seluruh Indonesia (Foto Ini Adalah Saat Penyerahan Masker Kain Buatan Ibu-ibu NSI dan Cairan Desinfektan oleh Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja kepada Lurah Pasar Manggis, Jakarta Selatan)
Sejak munculnya wabah Coronavirus Disease-19 (Covid-19), Dewan Pimpinan Pusat Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), menghimbau kepada seluruh jajaran pimpinan dan umat NSI di seluruh Indonesia untuk melakukan tindakan kewaspadaan dini, kesiapsiagaan serta tindakan antisipasi pencegahan dan penanganan Covid-19. Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja selalu menyampaikan penjelasan, bimbingan, imbauan dan penyuluhan kepada umat dari perspektif agama Buddha Niciren yang bersifat menenangkan dalam menghadapi Virus Corona.
Ketua Umum NSI menyampaikan bahwa kita harus menyadari bahwa pandemi yang terjadi saat ini merupakan salah satu dari 3 bencana (peperangan, penyakit menular dan kelaparan) yang telah disampaikan oleh Buddha Niciren dalam ajarannya bahwa bilamana jiwa manusia menjadi kacau, akan terjadi 3 bencana dan 7 musibah (kematian banyak orang karena wabah penyakit, serangan dari negara asing dan perang saudara di dalam negeri, kelainan peredaran binatang, musibah gerhana matahari dan bulan, hujan angin besar yang tidak pada waktunya, banjir, kemarau panjang yang mengakibatkan kebakaran). Sumber dari wabah penyakit menular ini adalah tiga akar keburukan yang terdapat dalam hati manusia masa mutakhir Dharma saat ini, yaitu keserakahan, kemarahan, dan kebodohan yang mengakibatkan perilaku manusia menjadi kacau.
Doa adalah obat pemulih yang paling mujarab untuk mengatasi jiwa manusia yang kacau tersebut. Satu-satunya doa yang paling mujarab adalah Daimoku, menyebut Nammyohorengekyo. Dengan memperkuat Daimoku/ Mantera/ Meditasi, maka dapat mengatasi wabah/musibah yang tengah terjadi, yang sesungguhnya berasal dari perasaan jiwa manusia yang kacau karena tiga kesesatan/kegelapan batin yakni keserakahan, kemarahan dan kebodohan.
Dalam situasi Pandemi Covid-19 seperti ini, umat NSI mempraktikkan ajaran Buddha Dharma dalam melaksanakan pertapaan kebodhisatwaan/kebuddhaan dengan memberi kebahagiaan dan mencabut penderitaan orang lain, serta selalu menjaga sekejap-sekejap perasaan jiwa yang senantiasa gembira, mementingkan kepentingan orang lain, dan tetap tenang. Hal tersebut terejawantah dalam sikap dan aksi umat NSI dalam situasi Pandemi Covid-19, yaitu senantiasa mematuhi protokol kesehatan (memakai masker saat bepergian keluar rumah, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah menyentuh sesuatu yang pernah disentuh orang lain, menjaga jarak fisik minimal dua meter saat berbicara dengan orang lain, meningkatkan imunitas tubuh dengan rajin aktivitas fisik minimal tiga puluh menit sehari, istirahat yang cukup, makan dan minum yang bergizi seimbang serta senantiasa menjaga sekejap perasaan jiwa yang selalu gembira), dan tetap berada di rumah, sehingga sampai saat ini umat tidak berjodoh dengan terjangkitnya Covid-19.
Selama berada di rumah, sejak tanggal 29 Maret 2020 umat NSI seluruh Indonesia senantiasa melaksanakan doa/daimoku serentak yang dilaksanakan setiap jam 14.00 s.d 16.00 WIB, bukan hanya sekadar melaksanakan doa/daimoku dan menyelamatkan diri sendiri saja, tetapi umat NSI sudah bergerak secara aktif bergotong royong membuat masker dengan bahan dasar kain secara simultan dan berkelangsungan untuk memenuhi kebutuhan keluarga umat NSI sendiri dan juga membantu memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Hingga saat ini sudah terkumpul kurang lebih 30.000 masker kain dan 15.000 lebih masker sudah didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan di Jabodetabek, hingga Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur. Aksi yang dilakukan oleh NSI ini adalah salah satu bentuk kontribusi kepada masyarakat dalam rangka melakukan upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Umat NSI Rutin Melakukan Kebersihan, Menerapkan Protokol Kebersihan, dan Penyemprotan Cairan Desinfektan
Selain upaya pemberdayaan umat NSI (umumnya) dan kaum perempuan NSI (khususnya) untuk berperan aktif melakukan pencegahan penyebarluasan Covid-19 dengan secara aktif bergotong royong membuat masker, NSI juga turut menyumbangkan cairan Densinfektan dan baju Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat yang membutuhkan.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19, sejak tanggal 21 Maret 2020 NSI melakukan sterilisasi penyemprotan desinfektan. Pertama dilakukan di Kantor Pusat/Balai Pusat NSI dan Vihara Sadaparibhuta NSI, Jakarta, kemudian pada tanggal 28 Maret 2020, dilakukan di Maha Vihara Saddharma-NSI, Bogor. Selanjutnya diikuti oleh umat di wihara-wihara NSI lainnya di seluruh Indonesia yang juga sekaligus melakukan kegiatan kerja bakti kebersihan di seluruh bagian wihara. Kegiatan sterilisasi ini dilakukan dengan melakukan penyemprotan ke seluruh sudut wihara, lantai, dinding, hingga pintu seluruh bagian wihara.
Selain di wihara, umat NSI juga melakukan pembersihan dengan menggunakan cairan desinfektan di area fasilitas umum seperti di lingkungan sekitar Wihara, yaitu Kantor Kelurahan, Mushola/ Masjid, Posyandu, sekolah maupun rumah warga di sekitar wihara. Wihara/Cetya NSI di daerah lainnya di seluruh Indonesia juga menyiapkan tempat cuci tangan beserta cairan pembersih tangan seperti sabun atau yang berbasis alkohol (Hand Sanitizer) untuk digunakan oleh siapa pun yang akan masuk ke dalam wihara/cetya NSI sebagai bagian dari protokol kebersihan.
Bimbingan Agama Budha Secara Online Agar Umat Tetap Merasakan Ketenangan Di Tengah Pandemi Covid-19
Sejak akhir bulan Maret 2020, Kegiatan keagamaan di seluruh Wihara dan Cetya NSI yang berskala besar (mengumpulkan orang banyak) pelaksanaannya ditangguhkan terlebih dahulu guna mendukung arahan pemerintah untuk tidak berkerumun agar dapat memutus mata rantai penularan Covid-19.
Oleh karena itu NSI melaksanakan bimbingan agama Budha secara online agar umat tetap merasakan ketenangan di tengah pandemi Covid-19. Dalam setiap bimbingannya, Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja senantiasa mengajak agar umat Buddha selalu menggunakan cara berpikir seorang Buddha, yaitu selalu memaknai setiap fenomena dengan zencisyiki (hikmah baik), sehingga pandemi Covid-19 ini dimaknai sebagai jodoh baik untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan dunia yang serba online, serba teknologi, menjadi terlatih untuk hidup efisien dan hemat energi.
Sejak tanggal 29 Maret 2020, NSI melaksanakan bimbingan agama Buddha secara online ke seluruh Indonesia setiap hari Minggu pukul 14.00-16.00 WIB, sebagai dasar untuk memunculkan kekuatan, ketenangan, kesucian, ketidakterikatan di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Bimbingan dari Ketua Umum NSI dilaksanakan dalam bentuk Mimbar Agama Buddha dan diskusi mengenai makna pandemi covid-19 dalam Perspektif Buddhis Niciren Syosyu, Makna Doa, hingga New Normal dan Rovolusi Industri 4.0.
Dalam setiap penyiaran Mimbar Agama Buddha secara online tersebut, Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja selalu menyampaikan kepada umat untuk senantiasa memperkuat hati kepercayaan dan pelaksanaan hukum agung Nammyohorengekyo dan menerapkan protokol kesehatan dengan lebih disiplin sebagai langkah nyata menuju kondisi normal yang baru (new normal) / beradaptasi dengan kebiasaan yang baru.
Pemberdayaan Ekonomi Umat NSI
NSI juga telah melakukan pemberdayaan ekonomi bagi umat NSI dalam mendorong umat untuk memasarkan produk usaha buatannya melalui penjualan secara online yang sangat relevan sekaligus efisien menjadi peluang usaha di tengah situasi pandemi seperti ini, saling membantu antarumat NSI (saling membeli produk buatan umat NSI) sehingga roda perekonomian di kalangan umat NSI tetap berjalan, hal tersebut juga turut mendukung kebijakan pemerintah Indonesia mengenai new normal, mewujudkan masyarakat yang tetap produktif dan aman covid.
Sikap umat NSI dalam melaksanakan pertapaan kebodhisatvaan/kebuddhaan seperti ini harus dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan sampai dapat menaklukan Covid-19. Pandemi ini harus membuat seluruh umat NSI menjadi lebih maju, jangan malah membuat hancur berantakan. Jadikanlah Covid-19 ini sebagai jodoh baik untuk semakin memperkuat diri kita, sehingga umat NSI menjadi semakin baik dan dapat turut memajukan Indonesia menjadi negara dan bangsa yang besar dan membahagiakan seluruh makhluk hidup.
Bakti Donor Darah Umat NSI Sebagai Wujud Nyata Bodhisattva yang Muncul Dari Bumi
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia tentu menimbulkan banyak kekhawatiran. Kekhawatiran ini membuat banyak orang segan untuk melakukan aktivitas di luar rumah, termasuk kegiatan donor darah. Akibatnya, stok darah di sejumlah daerah pun mulai menipis. Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) kembali menyelenggrakan bakti donor darah di tengah situasi pandemi Covid-19. Saat krisis seperti ini lah waktunya para Bodhisattva yang Muncul Dari Bumi (umat dan pimpinan NSI) mewujudnyatakan tugas kejiwaannya dalam kehidupan nyata. Gerakan kebodhisatwaan/kebuddhaan seperti inilah upaya kita untuk menyingkirkan tiga akar keburukan dalam menjaga alam semesta sehingga akibatnya alam semesta akan menjaga kita, virus pun menjadi jinak dan dapat ditaklukan. Pada intinya, menaklukan Covid-19 adalah menaklukan kesesatan (keserakahan, kemarahan, dan Kebodohan) diri sendiri.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) memastikan bahwa donor darah saat pandemi virus corona tetap aman dilakukan. Karena Unit Donor Darah (UDD) PMI juga secara rutin melalakukan penyemprotan desinfektan di lingkungannya serta melakukan pengecekan terhadap siapa pun yang masuk ke dalam ruang UDD. Tim PMI juga melakukan pengukuran suhu tubuh terhadap pendonor dan menerapkan pyshical distancing pada tempat duduk antar pendonor sebelum melakukan donor darah. Selain itu setiap pendonor diharuskan mengisi inform consent dan formulir penyelidikan epidemiologi virus corona.
Koordinator PMI Kota Jakarta, menyatakan kegembiraan dan terima kasihnya kepada NSI atas kegiatan donor darah yang telah terselenggara. Setiap orang yang melakukan donor darah bukan sekadar pendonor, melainkan pahlawan kemanusiaan. Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja mengatakan, "Donor darah adalah program kegiatan rutin NSI yang sudah dimulai sejak tahun 1983, yang merupakan gerakan "kebodhisattvaan." "Bodhi" adalah sadar, "sattwa" adalah makhluk, jadi donor darah adalah gerakan dari manusia-manusia yang sadar. Pada waktu itu, kegiatan ini diprakarsai sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada pemerintah yang menetapkan hari raya Waisak sebagai hari raya nasional."
Selain karena agenda rutin, donor darah kali ini diselenggarakan dalam rangka menanggapi unggahan video Instagram @palangmerah_indonesia yang disampaikan oleh Bapak Jusuf Kalla, Ketua Umum PMI, yang menyatakan menipisnya stok darah di PMI, karena saat ini PMI kekurangan pendonor darah akibat mewabahnya Virus Corona, sehingga banyak orang yang “takut” untuk melakukan donor darahnya. Padahal, seperti yang disampaikan Ketua Umum PMI, bahwa “Mendonorkan darah tidak akan menularkan/tertular Virus Corona”.
Oleh karena itu, umat dan pimpinan NSI melakukan gerakan kebodhisattvaan ‘Donor Darah’ yang dilaksanakan tidak hanya di Kantor Pusat NSI saja pada tanggal 28 Maret 2020, namun daerah-daerah lain seperti pada tanggal 29 Maret 2020 di Vihara Vimalakirti NSI, Bogor, lalu pada tanggal 12 April 2020 di Vihara Vimalakirti NSI, Lampung, lalu pada tanggal 16 April 2020 di laksanakan oleh umat NSI di Vihara Vimalakirti NSI, Bali, lalu pada tanggal 03 Mei 2020 oleh umat NSI daerah Bekasi, dan tanggal 04 Mei 2020 dilaksanakan oleh umat NSI Palembang, juga umat NSI Surabaya, dan Muncul yang masing-masing dilaksanakan di kantor PMI daerahnya masing-masing. Umat NSI dari daerah-daerah lain seluruh Indonesia juga turut menyusul melaksanakan gerakan Kebodhisatwaan donor darah ini secara simultan sesuai kebutuhan.
Melalui Pandemi Covid-19 ini umat Buddha NSI dapat bersama-sama menjadi pelaksana Saddharmapundarika Sutra yang unggul dengan bersama-sama satu hati/Itai Dosyin untuk senantiasa Percaya, Melaksanakan dan Belajar/Syin Gyo Gaku Dharma agung Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, daimoku (melantunkan mantra agung Nammyohorengekyo berulang-ulang) untuk keselamatan bangsa, negara dan dunia sehingga wabah Virus Corona ini dapat segera diatasi dan kehidupan umat manusia menjadi lebih baik, serta melaksanakan tugas sebagai Bodhisattwa yang muncul dari bumi yaitu menyebarluaskan Dharma Agung Nammyohorengekyo dengan menjadi teladan di tengah masyarakat untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang unggul dan berjaya.