Sabtu, 23 April 2022 menjadi hari bersejarah untuk umat NSI, khususnya yang berada di daerah Cengkareng, Jakarta Barat, karena setelah berdiri dan digunakan untuk kegiatan keagamaan dan kemanusiaan di sana
Jakarta, Sabtu, 23 April 2022
“Orang yang percaya Saddharmapundarika Sutra sama seperti musim dingin, musim dingin pasti menjadi musim semi. Hingga saat ini tidak pernah melihat atau mendengar musim dingin tidak menjadi musim semi; apalagi kembali menjadi musim gugur. Demikian pula, tidak permah mendengar orang yang percaya kepada Saddharmapundarika Sutra kembali menjadi manusia biasa.”, sebuah kutipan petuah sekaligus dorongan semangat dan optimisme yang disampaikan oleh Buddha Niciren kepada murid-muridnya, kita semua (pelaksana Saddharmapundarika Sutra, hukum agung Nammyohorengekyo) untuk bisa bertahan dengan penuh persiapan, tetap melaksanakan hati kepercayaan yang tulus dan sungguh-sungguh terhadap Nammyohorengekyo, tabah dalam menghadapi berbagai macam ancaman, gangguan, hambatan, tantangan dan rintangan (AGHTR) dalam mengarungi lautan kehidupan. Pandemi Covid-19 menjadi badai “Musim Dingin” sekaligus AGHTR yang melanda dunia dan Indonesia sejak Maret 2020. Dua tahun kita bertahan di tengah badai tersebut dan saat ini musim semi seakan telah berada di depan mata yang sedikit-demi sedikit mulai kita nikmati kehangatannya.
Kehangatan musim semi ini mengantarkan derap pembangunan wihara-wihara NSI yang ada di seluruh Indonesia. Wihara Vimalakirti NSI Cengkareng menjadi awal pergerakan pembangunan yang dilakukan oleh Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja setelah pandemi Covid-19 mereda.
 Sabtu, 23 April 2022 menjadi hari bersejarah untuk umat NSI, khususnya yang berada di daerah Cengkareng, Jakarta Barat, karena setelah berdiri dan digunakan untuk kegiatan keagamaan dan kemanusiaan di sana, kini Wihara tersebut akan direnovasi agar semakin nyaman, mampu memfasilitasi berbagai macam kegiatan umat Buddha NSI untuk menunjang pelaksanaan tugas kejiwaannya sebagai Bodhisatwa yang Muncul Dari Bumi, yaitu menyebarluaskan hukum agung Nammyohorengekyo (Kosenrufu) untuk kebahagiaan seluruh umat manusia (Mencapai Kesadaran Buddha/ Isyojobutsu).
Â
Agenda utama pada hari tersebut adalah peletakan batu pertama oleh Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Sendjaja yang diikuti oleh jajaran Dewan Pimpinan Pusat NSI, Ibu Tristina Handjaja, Ibu Irawati Lukman, Ibu Sri Anggraini (Ibu Aheng), serta pengurus NSI daerah Cengkareng, Bapak Chuandry, Ibu Lisjie Lukman, serta arsitek Ibu Sisca Pamudji dan insinyur Bapak Juanda sebagai simbol bahwa pembangunan telah dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol Kesehatan Covid-19 (menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dihadiri oleh sedikit orang /tidak berkerumun), karena masih dalam masa transisi dari pandemi menuju endemi. Kegiatan diawali dengan Upacara Dokyo Syodai, lalu dilanjutkan dengan arahan dari Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja, diskusi perencanaan pembangunan, peletakan batu pertama di halaman Wihara, dan foto bersama.
Mari kita jadikan pembangunan ini sebagai momentum untuk semakin bersatu hatinya (Itai Dosyin) umat NSI dalam memperkuat susunan NSI untuk menyebarluaskan hukum agung Nammyohorengekyo dan terwujudnya kebahagiaan seluruh umat manusia.