Bunga Sakura bermekaran dari batang kayu, kayu cendana tumbuh dari tanah dan memancarkan semerbak harum, bunga teratai merekah dengan indah di atas kolam berlumpur. Adanya dunia Buddha secara hakiki dalam diri membuat manusia dapat mencapai kesadaran Buddha. Ada tiga jenis tumbuhan yang pernah dijadikan contoh perumpamaan dalam sutra-sutra Buddha yang digunakan sebagai gambaran untuk menjelaskan bahwa dalam kondisi lingkungan yang kotor, bunga teratai, bunga sakura, dan kayu cendana dapat tumbuh dan memancarkan keindahan dan keharuman yang menawan.
Bunga Sakura
Bunga sakura adalah bunga yang terkenal akan keindahannya tumbuh dari pohon yang kotor. Bunga ini memiliki lima kelopak merah muda yang berukuran sangat kecil. Bunga ini sulit dinikmati keindahannya secara individual karena ukurannya yang sangat kecil itu. Justru keindahan bunga sakura terletak pada jumlah bunganya yang banyak dan mekar pada saat bersamaan memenuhi batang pohonnya. Padahal pohon bunga sakura sendiri bukanlah pohon yang indah dan pohon bunga sakura hanya terlihat seperti pohon biasa pada musim panas, gugur, dan dingin, tetapi pada waktu musim semi, ketika bunganya mulai bermekaran, pada saat itulah terpancar keindahan dari pohon bunga sakura.


Pohon Cendana
Pohon cendana adalah pohon penghasil kayu dan minyak cendana. Biasa juga dikenal dengan nama cendana wangi. Meskipun sekilas terlihat seperti pohon kayu biasa yang tumbuh dari permukaan tanah, tetapi pohon ini menghasilkan kayu yang dapat digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aroma terapi, campuran parfum, dan lainnya. Bahkan pohon cendana tertentu dapat menyimpan aroma wangi selama berabad-abad.
Bunga Teratai
Bunga teratai adalah tanaman yang tumbuh di air yang tenang dengan bunga dan daun yang terdapat di permukaan air serta batang yang muncul dari rizoma yang berada di dalam lumpur. Teratai tumbuh di kolam berlumpur. Semakin keruh dan berlumpur tempat ia tumbuh, teratai akan semakin subur dan indah.

Setiap Orang Istimewa
Pada dasarnya, manusia memiliki potensi hidup atau daya adaptif yang lebih unggul ketimbang ketiga tumbungan di atas dalam menyikapi lingkungan. Seperti bunga sakura yang dapat memancarkan keindahan meskipun berasal dari pohon kayu yang terlihat biasa; seperti pohon cendana yang dapat menghasilkan wangi yang begitu harum meskipun tumbuh dari tanah yang kotor; seperti bunga teratai yang dapat berkembang semakin cantik jika tempatnya tumbuh di lumpur yang semakin kotor.
Walaupun tempat kita hidup dipenuhi dengan pengaruh buruk atau negatif, kita memiliki potensi Jiwa Buddha yang dapat memancarkan sinar Kebuddhaan dan berdiri sebagai pribadi yang baik, selaras dengan hukum Nammyohorengekyo ini. Dengan sendirinya kita akan mampu membedakan nilai baik dan buruk dalam suatu keadaan, dan tidak akan terpengaruh hal buruk dan ikut-ikutan menjadi seseorang yang tidak baik. Justru dengan adanya lingkungan yang kurang baik, dengan dilandasi sikap hidup berdasarkan Jiwa Buddha, sinar kesadaran dan kebajikan dari dalam diri kita akan semakin terpancar dengan lebih terang.
Betapa pun kita berpikir seseorang itu buruk dan sikapnya dipenuhi oleh keserakahan, kemarahan, dan kebodohan, tetapi karena pada dasarnya seluruh umat manusia memiliki Jiwa Buddha, orang tersebut pun memiliki potensi untuk bisa memunculkan kesadaran Buddha. Dalam riwayat Buddha Sakyamuni, orang seperti Devadatta yang kejam pun bisa memunculkan kesadaran Buddha. Ketika dunia Buddha muncul dari dalam diri, kita akan menjadi orang yang sadar dan mampu memberikan manfaat bagi orang lain dan lingkungan. ***