Putri Naga membuktikan dengan badan apa adanya, bahwa wanita dengan sifat seburuk apapun pasti bisa mencapai kesadaran Buddha. Pertanyaannya, apakah setiap wanita mau berjuang untuk membuktikan kekuatan yang terpendam dalam dirinya?
Ada alasan mengapa Buddha Niciren Daisyonin sangat memperhatikan wanita dan menulis lebih dari 65 surat khusus untuk wanita. Wanita memiliki peranan yang sangat besar dalam kehidupan, seperti dalam keluarga, apabila ada seorang wanita saja yang memiliki hati kepercayaan yang kuat, dia pasti akan bisa mempengaruhi anggota keluarga lainnya. Sebagai seorang wanita, kita harus berusaha untuk menjadi wanita yang berejeki, memiliki kesadaran yang tinggi, tidak mudah jatuh ke dalam penderitaan empat dunia buruk. Untuk bisa memunculkan kesadaran, wanita harus berusaha menumpuk sekejap perasaan yang didasarkan oleh dunia Buddha. Apapun peran yang kita jalani dalam kehidupan, kita harus menjadi wanita terbaik yang memberikan manfaat positif bagi lingkungan dan dunia.
Setiap wanita memiliki potensi untuk memunculkan Jiwa Buddha seperti halnya bunga teratai yang tumbuh mekar dengan indahnya di dalam kolam berlumpur. Dalam menjalankan hati kepercayaan, kita harus tulus dan sungguh hati, bukan karena didasarkan oleh tujuan lain yang bersifat egois dan hanya mengarah pada materi saja. Apapun dijalani dengan tulus dan ikhlas pasti akan membuahkan hasil yang baik. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup tidak pernah terlepas dari hukum sebab akibat dan bersumber dari diri kita sendiri. Apakah ingin disayang suami dan anak atau tidak, itu semua tergantung dari diri kita sendiri.
Wanita cenderung emosional dan dikendalikan oleh perasaannya sendiri. Tidak sedikit wanita yang mengeluh, “Kok si suami kalau sama orang lain bisa halus, sopan, tetapi sama saya, istrinya, malah suka membentak?" Wanita yang bisa berkata seperti itu kemungkinan besar masih belum sungguh-sungguh memberikan yang terbaik untuk suaminya. Sebagai wanita, kita harus mampu memberikan kasih sayang dan memperhatikan pasangan kita, barulah akan ada timbal balik terhadap kita. Kita harus memahami, melaksanakan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari, agar bisa memiliki kekuatan untuk menerima keadaan sesulit apapun.
Kualitas hati kepercayaan tidak sekedar diukur dari lamanya shinjin dan seberapa sering kita menghabiskan waktu di susunan, melainkan diukur dari kesungguhan hati saat menjalankannya.
Selain menjalankan gongyo dan daimoku, kita juga harus berusaha serius untuk menjalankan perombakan sifat jiwa untuk bisa mengubah nasib kita. Dalam satu hari terdapat delapan ratus juta empat ribu icinen yang akan membentuk nasib kita. Sekejap perasaan jiwa akan menarik jodoh-jodoh dalam kehidupan kita, bisa positif, bisa juga negatif. Jika kita mengalami masalah hidup, itu bukan gara-gara Gohonzon yang memberikan hukuman kepada kita, tetapi akibat sebab-sebab dan perasaan jiwa kita yang yang kita buat secara sadar maupun tidak sadar dari dulu.
Kita juga harus berusaha untuk membebaskan diri kita dari kebencian, kecemasan, ketakutan, dan mengatur tutur kata kita agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Terkadang, kita sering kali bermaksud untuk berkata-kata yang baik, tetapi cara kita menyampaikan sering salah sehingga membuat orang lain tidak senang dengan perkataan kita. Karena itu kita harus belajar untuk dapat mengatur setiap perkataan kita dengan baik dan mengendalikan emosi kita. Saat kita membuat satu sebab, pada saat itu juga muncullah akibat, walaupun imbalan nyatanya belum tentu langsung muncul dalam kehidupan kita.
Kita tidak pernah tahu pasti kapan semua akibat-akibat dari semua sebab-sebab itu berbuah nyata dalam kehidupan kita. Apabila karma sudah matang, sebab jodoh akibatnya pas, maka akibat pun segera menjadi nyata dalam hidup kita. Untuk itu setiap hari kita harus terus berusaha menumpuk sebab-sebab yang baik dengan menyebut Nammyohorengekyo. Hanya dengan hukum Nammyohorengekyo, kita bisa mendapatkan kebahagiaan yang mutlak, dan membangkitkan kualitas jiwa yang kuat, bebas, suci, dan tenang.
(Disarikan dari Pertemuan Wanita Karier NSI, Januari 2012)