Menjelang bencana terjadi, Oma Siu Lian sedang sendirian beristirahat di dalam rumahnya, setelah lelah berjualan keliling makanan di Pasar Baru. Tiba-tiba terdengar suara teriakan anak-anak kecil, “kebakaran, kebakaran, kebakaran!” Spontan Oma segera berkemas untuk mengungsi, sendirian saja karena anak sedang bekerja. Tidak banyak barang yang bisa terbawa oleh Oma Siu Lian, kecuali beberapa potong baju, surat-surat berharga, dan Gohonzon. “Saat itu saya melihat butsudan, saya ingat setiap hari di rumah saya hanya berdua saja dengan Gohonzon, langsung saya gulung dan keluar dari rumah,” cerita Oma Siu Lian.
Sambil berjalan dengan langkah pelan sambil membawa barang-barang yang cukup berat, Oma Siu Lian bisa mendengar suara ada anak lelaki histeris menangis, “Rumah kita terbakar, kita mau tinggal dimana?! Rumah kita terbakar, kita mau tinggal dimana?!”
“Saat itu saya tidak bisa bawa banyak barang, sekantong surat sudah cukup berat. Saya capek setelah berjualan, saya jalan perlahan karena banyak selang pemadam api di sekeliling saya. Dari kejauhan saya melihat api semakin membesar, angin kencang sekali saat itu. Saya bingung mau kemana, saya pun pergi ke sebuah klenteng dekat rumah dan istirahat sejenak di sana, sampai akhirnya api padam juga”.
Saat ini atas bantuan beberapa umat NSI sedaerahnya, Oma Siu Lian tinggal di sebuah rumah sementara sambil menunggu dibangunnya kembali rumahnya. Kadang ada ketakutan terbesit, jika rumahnya hilang karena yang tersisa hanyalah lahan tanah, namun Oma Siu Lian percaya,dengan keyakinan pada Gohonzon, pasti ada jalan untuk mengatasi segala rintangan ini.